Internet Friend 04

Bookmark and Share



Aku, Rini. pernah punya teman internet yang berusia setengah abad dan berakhir dengan bermain cinta. Malam itu aku di cyber café dan chatting. Dia yang duluan menyapaku. Ternyata dia orang Taiwan yang sedang business trip di Jakarta. Kami chatting sebentar. Pada saat itu aku sedang stres berat karena masalah hutangku. Seperti biasa layaknya cowok-cowok yang lain, lelaki setengah baya ini menawarkan bantuan. Dan seperti biasanya pula aku selalu percaya. Well, orang stres dan depresi selalu berharap walaupun sangat kecil kesempatannya. Kupikir, kalau dia mau berhubungan seks, yah kuberikan saja toh dia bukan orang yang pertama. Siapa tahu aku bisa dapat sedikit uang darinya. Ironis sekali pemikiranku saat itu.

Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam setelah chatting dengannya, aku pun berangkat ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.

Anggap saja namanya Tony. Pertama kali melihatnya, kesan yang kudapat adalah perutnya gendut sekali. Pasti berat menahan bebannya di atas tubuhku. Wajahnya terlihat keras dan tangannya besar serta kasar ketika dia menyambut tanganku untuk bersalaman. Langsung saja aku mengikutinya ke kamar hotelnya.

Sementara dia kembali sibuk mencari cewek-cewek Jakarta di internet, akupun nonton TV. Segera saja aku bosan karena dia sama sekali tidak mengajakku bicara. Sialan, aku dicuekin. Emang nikmat! Aku pun mengeluh ingin pulang saja. Segera dia matikan note book-nya dan duduk di sampingku, di bibir ranjang. Sambil berbicara mengenai dirinya sendiri yang sudah cerai dengan istrinya dan anaknya yang berusia belasan tahun sedang kuliah di luar negeri, tangannya yang kasar langsung saja meremas buah dadaku. Aku berusaha menghindarinya. Tak ingin rasanya aku disentuh olehnya.

Ketika aku hendak berdiri dan pergi meninggalkannya. Tiba-tiba dia menarik tanganku dengan kasar dan kuat. Dihempaskannya aku ke atas ranjang, segera dia menindihku dengan tubuhnya yang lumayan berat. Kedua tangan meremas buah dadaku dengan keras sekali, aku sampai merintih kesakitan. Tiada aku merasa nikmat sama sekali.

"You hurting me.." rintihku. Dia cuma tertawa. Aku berusaha mendorong tubuhnya tapi kedua tanganku segera dikuncinya dengan salah satu tangannya naik di atas kepalaku sedangkan tangannya yang satunya dengan kasar meremas buah dadaku sambil bibirnya berusaha menciumku. Aku meronta tapi tiada arti. Dia malah tambah menyakitiku dengan remasan atas buah dadaku.
"Payudaramu sangat besar dan lembut.. You like it right?" bisiknya sambil tangannya terus meremas buah dadaku bergantian.
"You like the way I squeeezing it... right? uuugghh"

Aku diam saja tidak berkutik. Kututup mataku, tak ingin kulihat wajahnya. Muak sekali rasanya pada diriku sendiri. Kumaki terus dia dan diriku yang bodoh ini. Kutahu aku tidak bisa lolos lagi darinya. Setengah berbisik kuminta dia mematikan lampu dan menutup gorden. Pertama dia tidak mau, katanya dia mau melihat dengan jelas tubuh bugilku. Tapi setelah kuminta lagi dan lagi, dia pun mau melakukannya. Dia hanya menyisakan lampu kecil dari meja kecil di samping tempat tidur.

Kubiarkan dia menelanjangiku, well setidaknya bagian bawahku. Bagian atas dia cuma membuka kancing kemejaku dan menarik BH-ku ke atas. Kubiarkan dia merajalela di atas tubuhku. Dicubitnya putingku dan diremas remasnya buah dadaku dengan tangan kasarnya. Sambil meremas buah dadaku, lidahnya menjilat-jilat lincah di atas putingku. Tubuhku mengkhianatiku, liang kewanitaanku mulai basah apalagi ketika dia memasukkan salah satu jari yang lumayan besar dan gendut ke dalam liang kewanitaanku. Digigitnya putingku gemas sambil jarinya menusuk-nusuk liang kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit kesakitan diantara nikmat, "Aakkhh.."

"Ohh yesss, you like it... don't you... huh?" tanyanya.
Aku diam saja. Kubenci sekali dengan tubuhku yang mulai terangsang dengan sentuhannya. Kututup mataku dan kugigit bibirku agar tidak keluar suara. Cuma nafasku yang mulai terasa berat. Ketika kubuka mataku, ternyata dia sudah bugil dan batang kemaluannya yang lumayan besar sudah diacungkannya dekat liang senggamaku.
"Tunggu... pakai kondom dulu dong", mohonku tapi dia tidak peduli. Belum sempat aku menghindar dia sudah mendorong pantatnya dan batang kemaluannya itu sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku yang sudah basah sekali.

"Oookkh... yesss!" kudengar rintihannya yang kemudian ia mulai mengenjotku dengan kemaluan tuanya yang masih cukup 'gagah'. Tenaganya lumayan besar karena dia mampu mengangkat pantatku sambil memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku. Kugigit bibirku agar tidak merintih nikmat. Tak ingin aku dia tahu kalau aku mulai menikmati persetubuhan ini. .

"Uugghh... uugh.. ugh.. ugh.. uuugh.. uughh.. uuugghh.. uuuggh.., kamu suka kan!", Terus saja dia menggenjot batang kemaluannya menghunjam liang kewanitaanku. Tidak sampai lima menit kemudian tiba-tiba saja tubuhnya itu mengejang, "Aarrggghh!" Segera dikeluarkan batang kemaluannya dan dikocoknya beberapa kali sampai akhirnya air maninya menyemprot keluar di atas perutku. Kurasakan hangatnya air maninya di atas perutku. Setelah itu dia pun berjalan ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, setelah itu giliranku.

Kutatap wajahku yang terpantul di cermin kamar mandi. Kumaki diriku sendiri. Aku mandi dan menggosokkan sabun sebanyak-banyaknya di selangkanganku hingga terasa perih, begitu pula perut, puting dan leherku. Tapi rasa jijik dan kotor tidak juga hilang. Setelah itu akupun meninggalkan hotelnya langsung tanpa banyak bicara lagi. Aku tahu dia tidak mungkin membantuku dalam menyelesaikan hutangku. Sungguh, inilah salah satu kesalahanku yang paling bodoh.



Oleh: mimi_manis@17tahun.com


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar