Jawaban dari Misteri Pep Guardiola

Bookmark and Share

Jawaban dari  Misteri Pep Guardiola

September lalu, Pep makan malam bersama Sir Alex Ferguson dan David Gill, Direktur Eksekutif Manchester United. Mereka saling mengagumi bahkan juga nonton Andy Murray memenangi grand slam pertama dia, US Open, di Flushing Meadow. Pertemuan itu memicu rumor: Pep adalah suksesor Fergie.
Kita lihat Manchester City ketika The Citizens menunjuk mantan duo Barcelona, Txixi Begiristian dan Ferra Soriano duduk dalam manajemen. Spekulasi beredar: ini bagian dari strategi City untuk ‘menciduk’ Pep.

November lalu, Presiden Milan Silvio Berlusconi juga meniupkan rumor: “Siapa sih yang tidak ingin Guardiola?”

Sepekan terakhir, spekulasi lain beredar: Pep hampir pasti ke Inggris. Dia ingin merasakan atmosfir panas Liga Inggris setelah pria Barcelona berusia 41 tahun itu merasa cukup ‘mengungsi’ dan ‘melupakan’ sepakbola dalam interval satu tahun di New York. Spekulasi yang diembuskan: Pep sangat mungkin ke Chelsea atau City. Apalagi Pep bicara: “Saya ingin merasakan tantangan dari pengelolaan Liga Premier.”
Kini semuanya mentah dan semua orang terkejut. Pep, finally, tidak ke Inggris. Tidak ke Chelsea, tidak ke City, tidak ke United, bahkan tidak juga ke Milan atau Paris St Germain. Pep sudah diumumkan manajemen Munich dan dia akan bergabung dengan The Bavarians mulai musim panas nanti.

Pep akan menggantikan kursi yang ditinggalkan ‘Opa’ Jupp Heynckes, yang sudah mengumumkan tidak akan memperpanjang kontraknya. Di tangan Heynckess, Bayern kini memimpin klasemen Bundesliga dan bulan depan akan jumpa Arsenal di perdelapan-final Liga Champions.

Maka semua orang-orang penting di Munich lantas menjadi senang. Inilah sederet komentar tentang bergabungnya Pep ke Munich.

“Kami berhasil meyakinkan Guardiola. Dia salah satu pelatih paling sukses di dunia. Kami yakin Pep akan membuat Bayern bersinar,” ujar Direktur Eksekutif Munich, Karl-Heinz Rummenigge.

“Bayern adalah salah satu klub terbaik di dunia, jika bukan yang terbaik,” kata mantan gelandang Munich Dietmar Hamann.


“Itu langkah cerdas dari Pep. Liga Premier glamour dan punya daya tarik global. Tapi Pep mungkin lebih melihat struktur, tingkat keberhasilan dan kualitas pemain,” yang ini komentar Owen Hargreaves, mantan pemain Munich, United dan City.

“Itu keputusan yang mengagetkan. Tapi itu bagus karena dia bergabung dengan klub yang sudah empat kali juara Eropa,” kata Frank de Boer, yang pernah main bareng Pep di Barcelona dan kini menjadi pelatih Ajax Amsterdam.

Yeah. Kini semua spekulasi berakhir. Pep, yang pensiun bermain pada November 2006, berkarir di Barcelona B selama satu tahun dan lalu menggantikan kursi Frank Rijkaard, sukses dengan sederet kontribusi gelar untuk Barca: dua mahkota Liga Champions, tiga gelar La Liga.

Hampir 18 tahun berkarir di Camp Nou, sejak usia 13, Pep banyak belajar dari legenda hidup Johan Curyff, mencuri ilmu Louis van Gaal, dan dengan sentuhan tangan dinginnya menjadikan Barca sangat dominan dengan fokus pada disiplin dan ketrampilan individu. Than 2009, ketika Barca menjungkalkan United dalam Liga Champions, tujuh dari starting eleven Barca adalah anak-anak jebolan La Masia.

Bisakah Pep juga seperti itu, dan sukses, bersama The Bavarians?



 (supersoccer.co.id)

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar