(seperti juga pembicaraan kita tempo hari, Tuhan
tidak ada salahnya kalau aku memulai
karena toh kau memang lebih suka diam
membiarkan aku terus mengobral kata
dan mengadilinya diam-diam
terkadang aku jadi ragu
apakah diam juga kata
apakah diam cukup jadi jawaban
ataukah diam adalah diam
yang punya satu makna
“hukuman buat sang pengadu”
entahlah,
diamMu atau riuhku adalah percakapan kita
setiap waktu yang tercatat)
Tuhan (kalau masih boleh aku terus menyapaMU seperti itu)
kali ini aku tidak punya banyak kisah
cukup satu pertanyaan,
“mengapa kau biarkan mereka
mengotori tanahMu dan nafasku
dengan lukisan bertinta merah hitam
yang mereka beli dari setan?”
(dan kuharap kali ini
kita tidak bicara dalam diamMU
sambil menatap mereka melelangnya di kaki lima
kepada para kolektor atas namaMu”
dan memasang wajah tidak bersalah
ketika kau menyapanya
karena diam dan kata-kata pun
bukan lagi sebuah percakapan buat mereka)
Beurawe, 1988
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar