Puisi Angkatan 66 Dendang Sayang | Ramadhan KH

Bookmark and Share
Dendang Sayang
Ramadhan KH

1

Di Cikajang ada gunung,
lembah lengang nyobek hati,
bintang pahlawan di dada,
sepi di atas belati;
kembang rampe di kuburan,
selalu jauh kekasih.

Di Cikajang ada kurung,
menahan selangkah kaki,
bebas unggas di udara,
pelita di kampung mati;
fajar pijar, bulan perak,
takut mengungkung di hati.

Di Cikajang hanya burung,
bebas lepas terbang lari,
di bumi bayi turunnya,
besar di bawah mengungsi;
sepi di bumi priangan,
sepi menghadapi mati.


2

Sejoli ciuman sepanjang malam
di kepanasan tanah priangan.

Mengharap fajar menambah umur.
Siang mengulang kerja,
biar antara kejepitan hati.

Sejoli geletak antara semak,
mengulang takut menghadap maut,
serangga menyusup di lubang-lubang.

Masih tanya apa sampai bulan pagi
bertemu di pelukan paling akhir,
kepastian hanya dalam harap dan berharap.

Sejoli ciuman sepanjang malam
di kedinginan pantai selatan.


3

Bumi ini dibawa ke alam hijau
dan perang tiada
di atas tali-tali kayu berlubang.

Sumur segala derita,
bersamaan semua berpelukan.

Bumi ini dibawa ke alam hijau
dan perang tiada
di atas hati-hati dara berluka.

Sumur segala sayatan,
penampung tangis bertukaran.


4

Kemboja putih di senja hari,
Rama-rama hitam jatuh di pangkuan janda muda.
Kemerahan di ufuk barat,
Membawa menyusur dari pantai ke pantai.

"Tengok dataran tanah priangan, Gadisku manis".
Ayah dipaku di lima tempat, B
unda berlari dari tepi ke tepi,
Tiada menemu teratak lengang.

"Tengok dataran tanah priangan, Gadisku manis". D
an si dara tiada bisa berkata,
Pacar gugur tiada menemu kuburannya.
Dan si dara hanya bisa meraba,
Membelitkan kalung kenangannya.


5

Gadis dendang di ladang pisang,
belum tahu manis jantungnya.

Aduhai!

Gadis dendang di matahari,
hanya bisa tahu teriknya.

Aduhai!


6

Kijang
jadi buruan,
ladang.
kesepian.

(Malam hitam
gemetar. )

Kijang
minta pengurbanan,
tanda
kejantanan.

(Bulan perak
memudar. )


7

Aku tutup rapat pintu dan jendela
untuk tidak tahu lagi derita
dibawa angin dan cahaya.
Tapi kembang hitam dan awan hitam
terselip selalu di tali rebab menikam.

Dihitung pacar di jari,
di satu musim larat dinanti.
Tapi derita sepanjang cerita,
pacar yang tak bisa dihitung,
larat yang tumbuh sepanjang tahun.

Tangis dan air di kelopak mata,
kalau bukan untuk diriku,
diuntukkan buat pacarku.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar