Keponakanku 03

Bookmark and Share



Kuhentikan jilatanku di vaginanya dan merangkak ke atas dan kupeluk Ami serta kuelus-elus rambutnya, serta merta dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal, Ami menciumi pipiku serta berkata, 
"Ooom aduh kok begitu yaa rasanya." 
"Itu belum seberapa Am, nanti pasti Ami akan merasakan yang lebih nikmat lagi", kataku meyakinkannya sambil tetap kuusap-usap rambutnya dan kucium pipinya, Ami tidak menjawab tapi malah menutup kedua matanya dan kelihatan sedang mencoba mengatur nafasnya. Setelah kuperhatikan, nafas Ami mulai teratur, lalu sambil kucium pipinya kubisiki, "Amii sekarang oom boleh masukin punya oom ke punya Amii." Ami yang masih menutup matanya tidak segera menjawab. Setelah kutunggu sebentar dan tetap tidak ada jawaban lalu kuulangi bisikanku di dekat telinganya, "Boleh Aam?" dan Ami membuka matanya sebentar dan melihatku dengan wajah yang agak khawatir serta menjawab tapi dengan suara agak lirih yang hampir-hampir tidak terdengar,



"oom, Ami takuut oom." 
"Takut apa Am, tanyaku pelan, oom nanti pelan-pelan kok, tidak apa-apa", sambil pelan-pelan kunaiki badan Ami dan kupegang kepalanya dengan kedua tanganku serta kuelus-elus rambutnya serta kucium kedua pipinya bergantian, sementara kurasakan kedua kaki Ami bergerak agak terbuka sedikit, entah karena menghindar tindihan kakiku atau memberikan persetujuan permintaanku serta kudengar suaranya kembali yang pelan di dekat kupingku, "Ooom, Amii takuut jaangaan Ooom." Sambil kembali kucium pipinya, kubisiki Ami, "Amm tidak apa-apa, Oom pelan-pelan kok", sambil segera kugunakan tangan kananku untuk memegang batang penisku serta mulai kuusap-usapkan kepala penisku di belahan vagina Ami, sedangkan Ami yang mungkin merasakan vaginanya tergesek oleh kepala penisku lalu dia membuka kakinya lagi agak lebar. Kepala penisku sekarang kumasukkan sedikit di belahan vaginanya dan kuusapkan ke atas dan ke bawah beberapa kali sepanjang belahan vagina Ami yang masih sangat basah. Lalu ketika kepala penisku berada di bagian bawah vaginanya dan kurasakan sudah tepat di lubang yang ku tuju, lalu kucoba menekannya ke dalam sedikit dan kusetop tekanan penisku ketika terasa mentok. Karena tidak ada reaksi dari Ami, segera kutekan lagi penisku lebih dalam dan kuperhatikan wajah Ami agak meringis sambil berkata agak berbisik "Aduuh oom saakiit jaangaan oom", mendengar suara ini segera kuhentikan tekanan penisku ke dalam vaginanya. 



Setelah kudiamkan sebentar, kutekan lagi penisku dan kembali kudenga, r "oom saakiit", sambil kurasakan kuku Ami mencengkeram di punggungku. Aku jadi berpikir, kata Ami penis pacarnya sudah pernah masuk walau belum semuanya, kok sekarang sulit betul masuknya, padahal ukuran senjataku termasuk ukuran normal-normal saja. Setelah beberapa kali kucoba tekan dan setiap kali kuhentikan karena Ami berkata sakit. Pada tekanan penisku yang entah ke berapa kalinya dan tekanan penisku kulakukan agak kuat, tiba-tiba penisku terasa seperti menyobek sesuatu crreet, terperosok sedikit lalu terjepit dan bersamaan dengan itu kudengar Ami agak berteriak, "Aduuh oom, sakiit." Kemudian dari kedua matanya yang masih tertutup terlihat keluar air mata. Kuhentikan tekanan penisku dan aku juga tidak berusaha untuk menariknya keluar, jadi kubiarkan penisku terjepit di vaginanya dan bisa kupastikan kalau penisku saat ini sudah masuk sedikit dalam vagina Ami. Lalu kulepas pegangan tanganku pada batang penisku dan kembali kugunakan kedua tanganku untuk memeluk kepala Ami serta mengelus rambutnya serta kucium kedua matanya yang tergenang air mata. 



Lalu kucium bibir Ami yang serta merta dengan matanya masih tetap merem mengimbangi ciumanku dengan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kesempatan ini kugunakan untuk menekan penisku masuk lebih dalam ke vagina Ami dan kulihat Ami merapatkan matanya lebih rapat lagi serta melepas ciumanku serta berteriak kecil, "Aah sakiit oom", dan kembali kuhentikan tekanan penisku walau posisinya sekarang mungkin sudah setengahnya masuk kedalam vagina Ami dan kembali kuciumi kedua pipinya dengan harapan Ami akan lebih tenang. Ketika kembali kucium bibirnya dan Ami kembali meladeni ciumanku dengan menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku, kembali kugunakan kesempatan ini untuk menekan penisku masuk semuanya ke dalam vaginanya dan kulihat sekarang hanya memejamkan matanya lebih rapat lagi seakan menahan rasa sakit tapi ciumanku tidak dilepaskannya dan untuk sementara kudiamkan penisku tanpa gerakan. Beberapa saat kemudian, sambil tetap masih berciuman kugerakkan penisku naik turun pelan-pelan dan kulihat sesekali Ami lebih merapatkan kedua matanya seperti menahan rasa sakit. 



Tetapi lama kelamaan sambil tetap kumasuk keluarkan penisku dalam vaginanya, wajah Ami sudah tidak lagi kelihatan tegang lalu gerakan penisku sedikit kupercepat dan aku tidak menyangka kalau sekarang Ami juga mulai menggerakan pinggulnya pelan-pelan. Beberapa saat kemudian kuhentikan gerakan penisku keluar masuk sambil kubisiki, "Amii coba Ami sekarang hentikan gerakan pinggul Ami dan konsentrasikan otot-otot vagina yang bagian dalam sehingga vagina Ami bisa menjepit dan menghisap penis oom." Ami tidak menjawab tapi segera menghentikan gerakan pinggulnya dan diam sambil tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. "Ooom, Amii tidak bisaa", kata Ami lirih, "Cobaa teruus aam tadi sudah terasa vagina Ami sudah menjepit-jepit, cuma masih lemah", jawabku sambil kucium bibirnya. Kulihat Ami tetap diam tapi wajahnya dengan matanya masih tertutup, terlihat seperti lebih berkonsentrasi dan sekarang kurasakan jepitan-jepitan vagina Ami terasa lebih kuat dan membuat penisku lebih nikmat karena terpijit-pijit vagina Ami dan kubisiki dengan desahanku dan sekalian memberitahukan kalau usahanya mempraktekkan pelajaran kilatku sudah cukup berhasil. 



"Amii yaa begituu Aam teruus enaak aam oouuhh, yaa begituu enaak aam", dan sehingga secara tidak sadar aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya lagi dengan agak cepat dan Ami pun segera menggoyangkan pinggulnya serta jepitan-jepitan vaginanya pada penisku terasa semakin kuat dan kembali kudengar desahan Ami lirih, "Ooom, oom oouuhh sshh oouuhh enaak oom", berulang-ulang sambil kedua tangannya menekan-nekan punggungku dan kuimbangi desahan Ami dengan bisikan berulang-ulang, "Yaa Aam, teruus saayaang aaohh teruus aam, jepit yang keras aam aduuh enaak sayaang." Mungkin merasa usaha menjepit-jepit penisku berhasil dan mungkin menjadi terangsang dengan bisikan-bisikanku, Ami semakin mempercepat gerakan pinggulnya dan tangannya semakin kuat menekan punggungku dan kadang terasa agak sakit karena kuku-kuku tangannya seakan menusuk punggungku serta desahannya semakin kuat terdengar, "Oooh oouuh Ooom, oouuh aduuh Oom", dan kuimbangi ini semua dengan mempercepat kocokan penisku keluar-masuk vaginanya yang kayaknya sudah sangat becek dengan cairan-cairan sehingga sangat jelas terdengar bunyi ccroot ccrroott crroott. 



Beberapa saat kemudian kurasakan gerakan pinggul Ami semakin cepat dan liar serta kepalanya digeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dan wajahnya menegang seperti menahan sesuatu dan tiba-tiba Ami mengeluarkan teriakan agak keras dan panjang, sambil menekankan tangannya kuat-kuat dipunggungku, "Ooouuhh aahh Ooom, aaccrrhh oouuh aduuh oom aarrcchh", dan terus terkulai lemas dengan nafas terengah-engah, rupanya Ami sudah mencapai orgasmenya. Walaupun nafsuku sudah mendekati puncak tapi aku masih bisa menahan diri agar spermaku tidak keluar dan melihat Ami sudah terkapar lemas dan untuk memberi kesempatan Ami melepaskan lelahnya aku segera menghentikan gerakan penisku keluar-masuk vagina Ami, tapi masih tetap berada di dalam vaginanya sambil kupegang kepala dan kuciumi seluruh wajahnya. Setelah nafas Ami mulai agak teratur, sambil mencium pipiku Ami berkata lirih, "Ooom, Amii capeek oom, sudaah yaa oom?" sambil tangannya terasa berusaha sedikit mendorong punggungku. "Amii, oom kan belum selesai sayaang? Ami istirahat dulu saja sebentar sampai cepeknya hilang", sahutku lirih sambil kucabut penisku dari dalam vaginanya dan tiduran di sampingnya dengan tangan kiriku kuletakkan di bawah kepalanya sambil kuelus-elus rambutnya serta tangan kananku kuremaskan pelan di salah satu payudaranya yang kecil dan hanya terlihat menonjol sedikit karena Ami tidur telentang dan Ami dengan masih merapatkan matanya, hanya diam saja serta sedikit meremaskan tangan kirinya ke tanganku yang sedang mendekap payudaranya. 



Setelah berdiam beberapa saat, lalu sambil kucium pipinya segera kubisiki di dekat telinganya, "Amii masih capeek yaang?" Ami tidak segera menjawab bisikanku melainkan hanya sedikit meremaskan tangannya yang ada di tangan kananku, entah apa yang dimaksud dengan remasan ini. Setelah kutunggu sebentar dan masih tidak ada jawaban dari Ami, lalu segera kucium pipinya dan kubisiki lagi, "Amii, kalau sudah tidak capek toloong doong isap punya oom dengan inii yaa sayaang", sambil kuletakkan jari tangan kananku di mulut Ami dan kembali kuremaskan di payudaranya serta kucium lagi pipinya sambil menunggu jawaban Ami. Ami membuka matanya sebentar seperti terperengah mendengar kata-kataku tapi kemudian matanya ditutup kembali seraya menjawab lirih. "Ooom, Ami tidak bisaa oom, Ami belum pernaah." Aku segera menjawab, "Dicoba sayaang, nanti juga bisa", kataku sambil terus bangun dan memiringkan badan Ami ke arah kanan serta aku duduk agak mengangkang sehingga penisku sekarang sangat dekat dengan wajah Ami. Lalu kupegang tangan kanannya dan kubimbing serta kupegangkan di batang penisku yang masih basah kuyup dengan cairan yang keluar dari vagina Ami, mula-mula jarinya seperti ditegangkan dan tidak mau memegang batang penisku, tapi setelah kuremaskan tanganku di jarinya, sekarang jarinya sudah memegang seluruh batang penisku walaupun terasa agak kaku sambil berkata lirih, "Jaangaan oom!" 



Kemudian dengan tanganku masih menggenggam jarinya yang sudah menggenggam penisku, kubawa mendekati mulutnya dan sekarang kepala penisku sudah menempel pada mulutnya dan mungkin karena merasa mulutnya ditempeli penisku, Ami berusaha menggeleng-gelengkan kepalanya lemah sambil dari mulutnya berbunyi, "hhmm, hhmm.. hhmm", tanpa kata-kata, mungkin karena takut membuka mulutnya. Usaha ini terus kulakukan sambil menggeser-geserkan kepala penisku di sepanjang mulutnya yang kecil mungil itu dan kadang-kadang sedikit kutekankan pada mulutnya yang semakin dirapatkan sambil tetap berbunyi, "Hhmm hhmm hhmm..", tapi sekarang sudah tidak sering lagi menggelengkan kepalanya. Pada usahaku berikutnya, ketika kepala penisku kembali kutekankan lebih kuat pada mulutnya yang masih tertutup rapat itu, dari mulut Ami masih terdengar bunyi, "hhmm hhmm", tapi tiba-tiba kudengar dia mengatakan "Jaangan", dengan mulutnya sedikit terbuka, kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera kusodokan kepala penisku pada mulutnya yang terbuka sedikit dan masuk seperempat batang penisku ke dalam mulutnya dan terdengar suara "hHPp", dari mulut Ami yang tidak sempat menyelesaikan kata-katanya tadi karena sekarang sudah tersumpal oleh penisku. "Ayoo aam toloong diisaap yaang", kataku sambil kulepaskan tangan kananku dan kugunakan untuk mengelus-elus rambut Ami dan dari mulut Ami hanya terdengar bunyi, "hhmm hhmm hhmm", tanpa mau menghisap apalagi menggerakkan mulutnya. 



Terpikir dalam benakku, mungkin Ami tidak mau berbuat lebih jauh mungkin malu karena wajahku ada di dekatnya, apalagi ini baru pengalaman pertamanya mengulum penis orang. Lalu aku berusaha merebahkan badanku di sampingnya sehingga sekarang kepalaku sudah berada di depan vaginanya (posisi 69) dan aku menjadi agak kaget karena di bibir vaginanya terlihat ada bekas darah yang sudah mengering. Aku jadi berpikir, kata Ami sudah pernah dengan pacarnya walau tidak masuk semua. Dasar Ami belum pengalaman, mungkin waktu itu punya pacarnya belum sampai masuk. Jadi aku rupanya yang beruntung dapat perawannya dan dengan agak was-was kucari di alas tempat tidur Ami mungkin ada tercecer di situ dan untungnya tidak ada, sehingga was-wasku menjadi hilang. 



Segera saja kujilat-jilatkan lidahku pada belahan bibir vaginanya dan benar saja dugaanku tadi, sekarang Ami sudah berani menggerakkan tangannya yang memegang batang penisku dan mulutnya maju mundur walaupun masih pelan-pelan sehingga membuat penisku terasa nikmat dan secara tidak sadar aku menyuarakan, "Aaam teruus, Aam nikmaatt, aduuh nikmat Yaang, teruus sampai dalaam Yaang sedoot aam..", sedangkan dari mulut Ami hanya kudengar suara "hhmm hhmm hhmm", saja. Karena posisi badan Ami yang miring dengan kedua kakinya bertumpu satu dengan lainnya, sehingga membuat vaginanya menjadi rapat dan ini membuatku sulit untuk menjilati dan menyedot lubang vaginanya, lalu kuangkat kaki kirinya dan kuselipkan kepalaku di antara kedua kakinya, sehingga sekarang kepalaku bersandar pada kaki kanannya serta kugunakan kedua tanganku untuk memegang kedua bibir vaginanya dan membukanya lebar-lebar sehingga dengan mudah lidah dan mulutku menjilati dan menghisap bagian dalam vagina Ami yang kemerahan serta penuh dengan cairan itu sehingga terasa seluruh wajahku seperti basah semua dan mungkin jilatan dan hisapanku ini membuat nafsu Ami semakin tinggi sehingga membuat Ami semakin cepat dan semakin dalam mengulum penisku keluar masuk mulutnya dan sesekali disertai sedotan yang kuat serta kocokan tangannya di batang penisku semakin cepat disertai suara yang keluar dari mulutnya "Hhhmm hhmm hhmm hhmm", semakin keras. 



Ini semua membuat nafsuku semakin tinggi dan lagi-lagi secara tidak sadar, kubalik dan kuangkat badan Ami sehingga sekarang sudah berada di atas tubuhku dengan vaginanya menutupi seluruh mulutku dan sekarang makin leluasa mulut dan lidahku menjilati seluruh vaginanya tanpa perlu harus membuka bibir vaginanya dan kugunakan kedua tanganku bergantian kadang-kadang kucengkeramkan di pantatnya, kadang-kadang kuremas-remas kedua payudaranya yang kecil dan memijat badannya dan posisi ini pun yang ada di atasku, rupanya membuat Ami lebih bebas sehingga Ami dapat memaju-mundurkan mulutnya lebih jauh sehingga kadang-kadang penisku terasa ditelannya semua dan kocokan tangannya lebih cepat dan Ami pun menggerak pinggulnya naik-turun dengan cepat sampai kadang-kadang terasa sulit bernapas karena hidungku tertutup vaginanya. Hal ini berlangsung beberapa menit dan akhirnya aku merasa agak sulit mempertahankan agar spermaku jangan keluar dulu, lalu kudekapkan tanganku pada pantat Ami dan berteriak "aamm aam oom nggak tahaan mau keluaar ayoo yang cepaat aduhh Aam acrhh", sambil kutekan penisku kuat-kuat ke dalam mulut Ami dan kutumpahkan spermaku di dalam mulutnya dan yang kudengar dari mulut Ami hanya suara, "aarcrhh aarcrhh aarrchh", sambil melepas penisku dari mulutnya dan membantingkan badannya turun dari atas badanku. 



Dengan nafasku masih terengah-engah, aku memutar badanku dan sambil kupeluk dan kucium dahinya aku bilang, "Aam terima kaasiih Sayaang", sedangkan Ami sambil mengelap mulutnya yang penuh dengan ceceran spermaku dengan tangannya lalu memencet hidungku sambil berkata, "Ooom jahaat mau keluar tidak bilang-bilang sampai ada yang tertelan", sambil terus memelukku dan mencium pipiku. Sambil balas kupeluk dan kucium bibirnya yang masih tercium bau spermaku, kubilang, "Sayaang tidak apa apa, itu vitamin kok." 



Setelah berciuman beberapa kali, lalu kubilang, "Aam, sudah malam oom mau pulang ya, terima kasih yaa aam", kataku sambil terus bangkit dari tempat tidur serta melihat-lihat seluruh alas tempat tidur Ami, siapa tahu ada darah gadisnya yang tercecer dan untungnya tidak ada dan Ami pun segera bangkit dari tempat tidur dan segera mengenakan CD-nya sambil terus merangkulku dan mencium pipiku sambil berkata, 
"Oom, Ami puaas Oom", dan setelah berhenti sebentar dia lanjutkan kata-katanya, 
"Oom kalau nanti Ami kepingin lagii, gimana dong?" 
"Lho kan ada pacar Ami", kataku. 
"aah tidak enak Oom, dia masih bodoh." 
Setelah selesai kukenakan celana pendekku lalu aku pamit. 
"aam oom pulang yaa", dan sekali lagi Ami mencium pipiku sambil berkata, 
"Tidur yang nyenyak yaa.. oom." 



TAMAT

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar