Tergila-gila Pada Mertua 01

Bookmark and Share

Saya bernama Bambang, usia pada tahun 2000 ini 37 tahun, pekerjaan wiraswasta. Menikah dengan Linda pada tahun 1993, saat ia berusia 29 tahun. Kami telah dikarunia dua orang anak yang lucu-lucu. Pada kesempatan ini, saya akan menceritakan pengalaman saya dengan ibu mertua saya.

Saya memiliki minat seksual khusus terhadap wanita yang lebih tua. Bahkan minat khusus tersebut telah ada sejak saya remaja. Saat remaja, saya ingat bahwa ketika saya bermasturbasi, saya lebih suka membayangkan tante-tante tetangga rumah, teman-teman ibu saya, ibu guru, maupun wanita-wanita lain yang masih terbilang ada hubungan keluarga. Boleh dikata, saya sangat jarang menjadikan cewek-cewek sebaya saya sebagai obyek fantasi ketika bermasturbasi.

Minat tersebut rupanya terus bertahan sampai saat ini, walaupun saya sudah berkeluarga. Salah satu wanita yang saya minati dan sering menjadi obyek fantasi seksual saya sampai saat ini adalah ibu mertua saya sendiri yang bernama Nani. Saat ini beliau berusia 57 tahun. Ibu mertua saya ini sudah menjanda sejak tahun 1984, karena bapak mertua saya meninggal karena kecelakaan waktu itu.

Rasa tertarik terhadap ibu mertua saya ini sudah timbul pada saat saya pertama kali diperkenalkan oleh pacar (isteri) saya padanya di tahun 1990. Sejak saat itu, saya sering menjadikan beliau menjadi obyek fantasi saat saya bermasturbasi. Begitu besarnya rasa tertarik saya pada beliau, sehingga pernah terlintas pikiran untuk kawin dengan beliau entah bagaimana caranya. Tetapi pikiran tersebut tidak saya kembangkan lebih lanjut karena saat itu beliau sudah menopause, sedangkan saya masih memiliki keinginan untuk memiliki anak. Lagipula, pasti akan banyak masalah dan hambatan untuk mewujudkan pikiran tersebut. Karena itulah akhirnya, saya tetap melanjutkan hubungan saya dengan Linda, sehingga akhirnya kami menikah pada tahun 1993.

Saat baru menikah, kami tinggal bersama ibu mertua saya ini. Karena 3 orang kakak isteri saya yang telah menikah telah memiliki rumah sendiri-sendiri, sedangkan 2 orang adik isteri saya sedang kuliah di Bandung dan Yogyakarta. Kami tinggal di rumah ibu mertua saya tersebut, selain untuk menemani beliau, juga karena kondisi keuangan kami saat itu belum memadai untuk memiliki rumah sendiri.

Selama kurang lebih satu tahun tiga bulan tinggal bersama mertua inilah, ada sejumlah pengalaman baru, yang makin menunjang saya untuk menjadikan beliau menjadi obyek fantasi favorit saya. Pengalaman baru yang maksud misalnya adalah saya sering mendapat kesempatan melihat paha mertua saya, entah ketika nonton TV, atau sedang bersih-bersih rumah, dan sebagainya. Cukup sering juga saya memergoki beliau keluar dari kamar mandi dengan hanya berlilitkan handuk di tubuhnya. Bahkan pernah sekali waktu saya beruntung dapat melihat payudara ibu mertua saya tersebut dalam keadaan telanjang ketika ia membuka lilitan handuknya hendak berganti baju. Sayangnya beliau masih memakai celana dalam. Pernah juga saya melihat puting payudaranya menyembul keluar daster secara tidak sengaja ketika beliau nonton TV sambil tidur-tiduran di sofa.

Pengalaman-pengalaman baru seperti itulah yang semakin memperkuat minat seksualku pada beliau. Terkecuali, pada saat-saat kesadaran moral dan religius saya sedang baik, saya sering memiliki keinginan untuk dapat menyetubuhi ibu mertua saya tersebut. Namun, saya tidak tahu caranya. Yang dapat saya lakukan saat itu hanyalah berfantasi saja. Bahkan cukup sering, ketika saya bersetubuh dengan isteri saya, yang ada dalam kepala saya adalah bersetubuh dengan ibu mertua saya tersebut. Selain berfantasi, paling jauh saya hanya memiliki kesempatan untuk cium pipi dan memeluk ibu mertua saya tersebut pada tiga kesempatan. Yaitu pada saat hari ulang tahun beliau, ulang tahun saya dan ulang tahun perkawinan saya dengan Linda.

Pada kesempatan di hari ulang tahun saya, ketika menerima cium dan peluk dari ibu mertua, untuk pertama kalinya saya merasakan himpitan payudara beliau di dada saya. Pengalaman ini sangat berkesan pada diri saya. Saya ingat bahwa pada malam itu, saya sangat bernafsu dan menggebu-gebu memesrai isteri saya. Saat itu, saya sanggup sampai empat kali mengalami ejakulasi ketika kami bersetubuh. Padahal, biasanya paling banyak saya hanya tahan dua kali saja. Yang pasti, ketika memesrai isteri saya, yang terbayang saat itu adalah ibunya.

Pengalaman lebih jauh yang saya alami dengan ibu mertua saya tersebut terjadi ketika saya dan isteri saya menemani beliau ke Semarang untuk menghadiri pernikahan salah satu keluarga dekat dari almarhum bapak mertua saya. Ketika itu kami menginap di rumah keluarga calon pengantin. Karena terbatasnya tempat, kami hanya mendapat satu kamar dengan satu tempat tidur ukuran besar. Terpaksa, malam itu kami tidur bertiga di tempat tidur itu. Posisinya adalah, saya di sisi kiri, isteri saya di tengah dan ibu mertua saya di sisi kanan. Lampu kamar dimatikan ketika kami berangkat tidur. Ketika terbangun pagi harinya, saya kemudian sadar bahwa isteri saya sudah tidak ada di tempatnya. Sambil berbaring saya berusaha mencari isteri saya di kamar, tetapi saya tidak dapat menemukannya. Secara samar-samar saya hanya melihat tubuh ibu mertua tidur memunggungi saya. Saya langsung menduga bahwa isteri saya pasti ke kamar mandi sebagaimana kebiasaannya. Isteri saya terbiasa secara teratur bangun jam 04.30 dan kemudian ke kamar mandi untuk buang air besar dan mandi. Saat itu timbul pikiran kotor dan nakal dalam otak saya. Apalagi pada pagi hari biasanya si "Adik Kecilku" berdiri tegak dan kencang. Pikiran saya saat itu tidak jauh dari situ.

Dengan bergaya masih dalam keadaan tidur, saya bergeser mendekat ke arah tubuh mertua saya. Setelah cukup dekat (bahkan hampir rapat tapi belum bersentuhan), dengan gaya tidak sengaja saya menggeser tangan kiri saya ke atas pinggul mertua saya. Tidak ada reaksi apa-apa dari mertua saya. Dengan lembut dan perlahan kemudian saya mulai menggerakkan telapak tangan saya di pinggul mertua saya. Juga tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa. Saya kemudian memberanikan diri untuk mengelus-elus pantat mertua saya. Empuk dan halus rasanya. Saya juga dapat merasakan tekstur dari bagian pinggir celana dalamnya. Yang terpikir dalam otak saya saat itu, akhirnya ada juga yang jadi kenyataan khayalanku. Sementara itu, si "Adik kecilku" semakin tegak dan keras saja, dan kemudian secara refleks tangan kanan saya mulai meraba-raba si "Adik Kecilku". Ingin rasanya saya mengarahkan tangan kiri saya ke arah kemaluan ibu mertua saya. Namun, saat itu saya takut ibu mertua jadi terbangun. Karena itu, dengan susah payah saya berusaha menahan keinginan tersebut.

Kemudian, masih dalam gaya pura-pura masih tidur saya merapat dan memeluk ibu mertua dari belakang. Posisi ibu mertua saya kemudian agak berubah dari memunggungi saya menjadi lebih telentang, walaupun wajahnya masih ke arah yang berlawanan dengan posisi di mana saya berada. Ibu mertua saya saat itu terlihat masih dalam keadaan tidur yang cukup nyenyak. Boleh jadi karena perjalanan dengan kereta api sore-malam itu cukup melelahkannya.

Kemudian saya menggeser tangan kiri saya ke arah payudara kiri ibu mertua saya. Merasa tidak ada reaksi apa-apa kemudian saya memberanikan diri untuk menggerak-gerakkan tangan kiri saya. Dengan berhati-hati sekali saya mengusap-usap payudara beliau. Saya kemudian sadar bahwa beliau tidak memakai BH ketika saya merasakan bahwa puting payudara beliau semakin menonjol dan sangat terasa di telapak tangan saya.

Lebih jauh lagi, kemudian secara lembut saya sesekali meremas payudara beliau secara perlahan sekali. Nafsu saya semakin meninggi, dan rasanya debaran jantung saya saat itu sangat cepat dan agak keras. Saya terkejut dan takut sekali ketika tiba-tiba tubuh beliau bergerak dan menjadi lebih menghadap tubuhku. Mati aku, pikirku saat itu. Tapi kemudian saya sadar bahwa beliau masih tetap tidur, karena nafasnya masih teratur. Hanya ketika membalikkan badannya saja tampaknya beliau agak menghela nafas.

Dengan posisi yang berhadapan, saya dapat melihat dengan cukup jelas, walaupun agak samar-samar juga karena gelap, mulut ibu mertua saya agak sedikit terbuka. Melihat pemandangan yang demikian, apalagi memang bibirnya itu sering saya khayalkan untuk saya kecup, kemudian dengan tekanan ringan saya menempelkan bibir saya ke bibir beliau. Tapi kemudian saya tidak tahan lagi, dan secara refleks kemudian bibir saya mulai mengulum bibir beliau, seraya tubuh saya bergerak menindih tubuhnya dan menekan kemaluan saya ke pahanya. Kejadian yang terjadi dalam waktu yang singkat tersebut akhirnya menyebabkan ibu mertua saya terbangun. Dimulai dengan suatu lenguhan pendek, "Nngggghh...", kemudian beliau terjaga dan kemudian mengatakan, "Heh! apa-apaan ini?". Saya kaget setengah mati waktu itu, dan kemudian menggeser tubuh saya ke samping tubuh ibu mertua saya.

Ibu mertua saya kemudian mengangkat punggungnya dan duduk di tempat tidur. Setelah beberapa saat kemudian dia berkata.
"Apa yang kamu lakukan pada Ibu Bang? Koq kamu sudah mulai berani kurang ajar?".
Setelah terdiam beberapa saat, kemudian sayapun bangkit duduk dan mengatakan.
"Maaf Bu, saya kira tadi ibu itu Linda".
"Lho, Lindanya mana?", tanya ibu mertuaku.
"Tidak tahu Bu", jawabku. Kemudian ibu mertua saya turun dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamar. Saya hanya dapat duduk diam sambil menutup kedua muka saya dengan tangan saya. Ibu mertua saya kemudian berkata.
"Jangan sampai terjadi lagi ya Bang kejadian seperti tadi. Ibu tidak suka. Itu tidak baik dan dosa".
"Maaf Bu, saya sungguh-sungguh minta maaf, karena saya tadi tidak sadar. Habis, biasanya kalau pagi kami biasanya melakukan hubungan suami-isteri sih Bu", jawabku dengan refleks sambil bangun dari tempat tidur untuk sungkem kepada ibu mertua saya itu.
"Mau ngapain kamu?", sergah ibu mertuaku.
"Mau sungkem Bu", jawabku.
"Tidak perlu, yang penting jangan sampai terjadi lagi", kata ibu mertuaku sambil membalikkan tubuh dan berjalan menuju pintu. Akhirnya aku duduk terpekur sendiri di tempat tidur.

Sambil membaringkan kembali tubuhku, terbayang lagi kejadian-kejadian yang baru terjadi itu. Seingat saya, ada tiga hal yang paling berkesan untuk saya saat itu. Pertama, makin menonjolnya puting payudara ibu mertuaku ketika tanganku mengusap-usapnya. Kedua, persentuhan lidah kami ketika aku mengulum bibirnya yang menyebabkan beliau terbangun. Ketiga, lirikan sepintas ibu mertuaku ke arah selangkanganku ketika beliau berbalik hendak keluar kamar. Yang pasti, semua yang baru saja terjadi saat itu merupakan perwujudan dari sebagian khayalanku terhadap ibu mertuaku. Selain itu, dorongan nafsu yang belum tersalurkan saat itu rasanya agak menyiksa diriku.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar