Tetanggaku yang Menggairahkan

Bookmark and Share

Saya sudah berkeluarga dengan putra/putri 4 orang, usia saya sekarang 42 th, hobi main catur. Tetangga sebelah rumah kebetulan suka juga catur, setiap ada kesempatan luang (misal malam Sabtu atau malam Minggu) kami sering main catur, tempat mainnya di rumah tetangga saya itu.


Tetangga saya ini mempunyai putra 3 orang, di rumah tetangga saya ini tinggal pula mertuanya (ibu dari isterinya) yang sudah menjanda lebih kurang 8 tahun. Umurnya kira-kira 51 tahun, tapi tubuh si Ibu masih kenceng aja, mungkin karena si Ibu setiap hari Minggu pagi rajin mengikuti senam yang diadakan di RW kami.

Pada mulanya saya tidak punya perasaan apa-apa sama si ibu tetanggaku ini, malah saya menaruh rasa hormat layaknya orang muda kepada orang tua. Hingga pada suatu kejadian, malam itu (Sabtu malam) seperti biasa saya berkunjung ke rumahnya untuk bermain catur, "Permisi..".
"Ya Silakan masuk.." terdengar jawaban dari dalam, rupanya si Ibu yang menjawab. Si ibu juga yang membukakan pintu "Eh.., si Aa" katanya.
"Eman ada bu " kata saya dalam bahasa sunda.
"Ke rumah kakaknya nganterin anak-anaknya, katanya sih mau nginep di sana" jawab si ibu. Dari pembicaraan kami kemudian, rupanya anak kakaknya malam ini sedang berulang tahun. Jarak antara rumah tetanggaku ini dengan rumah kakaknya kurang lebih 6 km, bisa dicapai dengan 2 kali ganti angkot.
Pantesan di rumah ini sepi sekali, "Kalau begitu, mangga atuh bu" saya bersiap-siap untuk pulang lagi.
"Enggak duduk dulu, nanti ibu bikinin kopi yang medok, sekalian nemenin ibu yang sendirian".

Akhirnya atas desakan si ibu saya masuk ke rumah itu, dan duduk di kursi tamu, kemudian si ibu ke belakang/dapur untuk membuat kopi.
"Aa.., Aa", si ibu memanggil saya dengan suara yang agak pelan.
"Ada apa bu", jawab saya.
"Bisa minta tolong sebentar..", kata si ibu lagi
Saya lalu ke dapur menemui si ibu, rupanya si ibu agak kerepotan menyalakan kompor gas untuk merebus air. Dan memang setelah saya mencoba, handle untuk menyalakan kompor kelihatannya sudah slek, sehingga percikan api dari magnit tidak keluar.

Nah disaat sedang mengutak-ngatik kompor itulah, jarak antara saya dan si ibu dekat banget.
"Si teteh juga kadang-kaang suka susah kalau nyalain kompor ini.", kata si ibu, sambil tangannya mencoba handle yang lain. Entah disengaja atau tidak buah dada si ibu nempel di pundak saya, dan itu dibiarkan terus oleh si ibu. Tiba-tiba ada perasaan lain dalam diri saya, penis saya langsung berdiri tegang. Entah gimana mulanya, tahu-tahu si ibu sudah memegang penis saya.
"Ih si Aa berdiri".
"Heeh.., anu ibu sih nempel pundak saya".

Berikutnya penis sudah diremas-remasnya dengan agak kasar dan tidak lama kemudian kami sudah berhadapan dengan jarak sekitar 10 centi.
"Si Aa cakep amat sih..", Kata si ibu.
"Ah ibu bisa saja", saya tersipu sambil mulut agak bergetar. Tiba-tiba si ibu mencium saya dengan ganasnya, tangan kanannya dengan susah payah masuk ke dalam CD-ku, dan dikocoknya penisku.
"hh..., glek..., ugghh..., Aa..., ibu sudah lama sekali tidak memegang batangnya laki-laki... hh... uggghh", desah si ibu. Tangankupun tidak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Kuremas buah dadanya yang lumayan besar meski sudah turun, kemudian si ibu menyuruhku untuk menyedot putingnya.
"Eh bu pintu depan sudah di kunci belum, nanti ada orang masuk celaka kita", kataku.

Lalu si ibupun bergegas ke depan untuk mengunci pintu, permainanpun dilanjutkan kembali, kali ini di ruang keluarga persis di depan pesawat TV.
Singkat cerita kami sudah berbugil ria, ternyata si ibu suka sekali nge-joli. Penisku dikulumnya dengan nikmat sekali.
"Ohh..., ahh..., mmhh...", Aku merasakan nikmat yang bukan alang kepalang, kemudian puting susunya kusedot.
"Aa nyedot yang kencengan dikit biar terasa... hh", pinta si ibu. Sesaat kemudian saya sudah berada di bawah si ibu, dengan kasarnya penis saya dimasukkan ke dalam vaginanya dan pantatnya dinaik-turunkan dengan kencang sekali.
"Aa..., ohh..., A, Ibu mau keluar..., Ohh..., egghh..., nikmat amat Aa..., Nuhun..., Aa".
Tidak lama kemudian akupun keluar, "Crat..., creet..., creeet..", dan kamipun mengelepar bersama merenggang penuh nikmat.

Hubungan badanku dengan si ibu masih berlanjut hingga kini, sudah puluhan kali saya melakukan itu dengan si ibu. Kali ini kami berhubungan seks di kamarnya, semacam pavillyun. Jadi kalau mau ke kamarnya cukup dari luar saja tidak perlu harus masuk ke dalam rumah. Kami sudah punya kode sendiri, kalau si ibu kepingin berhubungan seks denganku.


TAMAT

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar